| | | |
| Yogyakarta - Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) akan memperketat izin pembukaan sekolah inklusi. Hal ini untuk menjaga kualitas pelayanan kepada Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
Sekolah inklusi adalah institusi pendidikan yang memberikan pengajaran kepada siswa umum dan ABK dalam satu kelas. Sekolah umum yang berminat memberikan layanan pendidikan inklusi harus sudah mempelajari pendidikan luar biasa.
"Izinnya akan kami perketat dengan melihat berbagai hal kesiapan sekolah yang akan menerima siswa ABK, sehingga tidak muncul kesan asal kejar (proyek) saja," kata Kepala Disdikpora Prof Dr Suwarsih Madya usai serah terima Program Pendidikan Pengurangan Risiko Bencana dari Arbeiter-Samariter Bund (ASB) Jerman di RM Pasific Jl Magelang, Mlati, Sleman, Selasa (12/1/2009).
Menurut Suwarsih, secara umum pendidikan sekolah umum dengan siswa ABK itu berbeda. Cara guru atau staf pengajar dalam metode pengajarannya juga berbeda. Guru yang menangani harus diberi wawasan mengenai ABK. Manajemen sekolah dan orangtua siswa biasa dan ABK juga harus mendukung.
"Kita harus terus melakukan sosialisasi dan penjelasan pada masyarakat. Guru atau pendidiknya juga harus lebih sabar. Tidak semua orangtua maupun siswa yang normal ada yang mau digabungkan dengan orang cacat. Ini memang butuh waktu lama untuk memberikan pemahaman," kata Suwarsih.
Dia menambahkan dari sisi sarana dan prasarana fisik juga berbeda. Bila ada sekolah umum yang menjadi sekolah inklusi menerima siswa ABK maka semua prasarana sekolah juga harus bisa diakses oleh siswa ABK. Misalnya adanya bangunan yang berfungsi sebagai pegangan atau alat untuk turun saat berjalan dan kamar mandi khusus untuk mereka.
"Program ini harus dipikirkan secara matang. Karena itu tidak boleh asal program jalan," kata Suwarsih didampingi Manajer Program Pendidikan ASB-Indonesia, Sae Kani.
Dia mengakui selama beberapa tahun terakhir ini Disdikpora DIY minat untuk mendirikan sekolah inklusi cukup besar. Setidaknya terdapat 168 sekolah inklusi di DIY yang saat ini sudah memberikan layanan kepada siswa ABK. Hampir mayoritas siswa ABK di DIY belum banyak yang mendapat akses pendidikan Sekolah Luar Biasa (SLB) di daerahnya.
"Sekolah Luar Biasa juga masih sedikit sekali. Tidak semua orangtua mau menyekolahkan anaknya di sana karena faktor psikologis dan jarak tempat tinggal. Bantuan ASB untuk mendirikan sekolah inklusi dan pendidikan pengurangan risiko bencana bagi anak ABK sangatlah membantu setelah kita mengalami gempa bumi tahun 2006," pungkas dia.
Ref : Bagus Kurniawan - detikNews |
0 komentar:
Posting Komentar