Kepada segenap pembaca Blog ACI, kami informasikan bahwa acara "Ramadhan Special dari & untuk Anak Special" yg rencananya akan diselenggarakan pada 31/08 karena satu & lain hal, acara ditunda pelaksanaannya sampai batas waktu yang tidak ditetukan. Demikian harap maklum adanya

Kamis, 19 Agustus 2010

NOTULEN NATIONAL SERIES TRAINING & WORKSHOP ANGKATAN KE- 1

NATIONAL SERIES TRAINING & WORKSHOP ANGKATAN 1
Tema : The Best Technique to The Best Treatment
Pada: Sabtu-Minggu; 7 - 8 Agustus 2010
Di Gedung D Lt.02 Kementrian Pendidikan Nasional RI Jakarta Selatan

HARI PERTAMA :
Pembukaan :
      Acara National Series Training & Workshop angkatan 1 dimulai pukul 10:10. oleh Tirta Silegar selaku pembawa acara. Setelah pembawa acara membuka dan menyapa peserta training lalu pembawa acara meminta seluruh hadirin bersama-sama menyanyikan lagu Indonesia Raya. Acara kemudian dilanjutkan dengan sambutan Ketua Pembina YCHI (Yayasan Cinta Harapan Indonesia) Zulfikar Alimuddin. Dalam sambutannya beliau menyampaikan sekilas sejarah YCHI (Yayasan Cinta Harapan Indonesia), YCHI didirikan pada tanggal 15 Mei 2009 dan merupakan suatu yayasan nirlaba yang memberikan bantuan terapi secara gratis untuk anak-anak autis yang berasal dari keluarga yang tidak mampu.
     YCHI memiliki tujuan untuk mengajak masyarakat turut berpartisipasi membantu pemerintah dalam rangka menangani anak autis. Program terapi yang diberikan YCHI yaitu program yang berkelanjutan untuk membantu anak yang kurang mampu. Pada awalnya YCHI menangani 4 orang anak dan pada saat ini kurang lebih sudah menangani 30 anak. Harapan dari diadakan acara National Series Training & Workshop angkatan 1 dapat meningkatkan semangat dan kepedulian kita dan masyarakat luas terhadap penderita autis.

     Selanjutnya sambutan & pembukaan secara resmi yang sedianya dibuka oleh Wakil Menteri Pendidikan Nasional Prof. dr. Fasli Jalal Ph.D, namun karena tugas kenegaraan beliau berhalangan hadir dan diwakili oleh Prof. Suyanto, Ph. D Dirjen Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional. dalam sambutannya beliau menyampaikan: bahwa setiap anak memiliki potensi, termasuk pada anak-anak yang memiliki keterbatasan misalkan pada anak yang autis, juga yang pada dasarnya sama seperti anak lainnya. Mereka memiliki potensi dan kemampuan khusus yang perlu mendapatkan perhatian dari kita semua.
     Sehingga diharapkan para peserta National Series Training & Workshop dapat membantu menangani anak autis. Karena dengan memahami secara komprahensif maka penanganan yang akan diberikan akan tepat mengenai sasaran awal yang ingin dicapai. Anak dengan berkebutuhan perlu mendapatkan bantuan diagnosa dan tentunya perhatian khusus sedini mungkin, sehingga upaya untuk membantu anak-anak tersebut dapat maksimal. Anak-anak ini tidak boleh dikucilkan terutama dalam dunia sekolah, tidak boleh ada pembedaan sekolah untuk anak berkebutuhan khusus. Untuk itu diharapkan sekolah inklusif yang mulai berkembang dapat menjadi wadah berkembangnya potensi yang dimiliki anak.
     Setelah selesai memberikan sambutan, beliau membuka secara resmi acara National Series Training & Workshop angkatan 1 dengan memukul gong sebanyak 3 kali yang diikuti oleh tepuktangan meriah dari peserta. Setelah acara seremonial usai, pembawa acara langsung menyerahkan kordinasi acara kepada Muqorrobin selaku Moderator acara, setelah moderator membuka dan mengenalkan diri kemudian moderator mempersilahkan nara sumber satu persatu untuk memaparkan materi hingga keseluruhan acara hari pertama selesai :

1. Pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus
Prof. Dr. Mulyono Abdurrahman
    Dalam penyampaiannya beliau menekankan bahwa setiap individu mempunyai potensi dan dengan melalui pendidikan yang sesuai potensi akan dapat dikembangkan. Sehingga pendidikan dapat diberikan dimana saja dan oleh siapa saja, karena pada hakekatnya setiap individu dewasa adalah pendidik. Hal ini dapat dicontohkan oleh ibu yang mengasuh anaknya.
    Sejatinya pendidikan itu adalah usaha untuk memberdayakan potensi kemanusiaan yaitu usaha empauring the human capacity / kapasiatas kemanusiaan itu harus dikembangkan secara optimal dan terintegrasi. Disamping itu manusia adalah mahluk bhineka yang mengemban visi tunggal guna membangun kehidupan bersama yang lebih baik agar dapat saling berhubungan dalam rangka saling membutuhkan. Wujud dari kebenekaan ada dua yaitu kebinekaan vertikal dan kebinekaan horizontal. Kebinekaan vertikal yaitu bisa dilihat sudut dari taraf inteligensi. Ada taraf intelegensi tinggi, rendah,rendah sekali. Sedangkan kebinekaan horizontal yaitu agama. Kita dapat membedakan anak autis, mental retarded, gifted, dan lain-lain. Akan tetapi hal ini hanya boleh pada instruction atau pola pembelajaran, bukan pada education atau pendidikan. Karena untuk keperluan pendidikan, anak berkebutuhan khusus harus dipergaulkan dengan anak – anak lain pada umumnya.
Setelah penyampian materi pertama yang disampaikan oleh Prof.Dr.Mulyono Abdurrahman selesai maka seluruh peserta melakukan istirahat dari jam 11:30 sampai 12:30 dan dilanjutkan dengan performance dari Anak ABK dari SD Purbhadika yang menampilkan tari dan menyanyi. Pada pukul 13:00 dilanjutkan kembali penyampaian materi yang kedua :

2. Kemampuan Inteligensia Dasar Sekolah (KIDS)
dr. Adre Mayza, Sps (Kes). MD
      dr Adre Mayza meyampaikan bahwa Intelegensi terkadang dikaitkan dengan kemampuan seorang anak dalam menangkap informasi dan memecahkan suatu persoalan dalam kehidupan sehari-hari.           
      Terlepas dari potensi yang telah ada, proses belajar merupakan hal yang perlu dipersiapkan, dan anatomis adalah dasar utama anak mampu untuk belajar. Perkembangan otak saat dalam janin mempengaruhi struktur anatomis otak anak nantinya, sehingga apabila terdapat gangguan perkembangan otak, maka akan mengganggu perkembangan berikutnya. Otak memiliki kemampuan dasar, sehingga anak memiliki kemampuan untuk menerima dan menyimpan informasi yang tersedia di lingkungan sekitarnya. Otak membutuhkan stimulus yang kaya dan intensif. Informasi yang masuk pada anak dan terjadi pengulangan yang terus menerus akan terproses menjadi pengetahuan mental terstruktur yang kemudian berkembang menjadi kepribadian. Hal lain yang perlu diketahui adalah terdapat pula hal-hal yang memperhambat perkembangan otak secara eksternal, yaitu sikap orang tua terhadap anak dan keadaaan lingkungan yang tidak mendukung perkembangan positif bagi perkebangan otak.
      Pada anak yang mengalami gangguan perkembangan otak pada umumnya telah didiagnosa dan diberikan penanganan melalui obat-obatan, terapi dan pendidikan keterampilan. Akan tetapi hal ini terkadang belum secara sinkron membantu anak mengatasi permasalahan secara komprehensif.             
      Masalah berikutnya problem anak berkebutuhan yang justru merupakan lingkungan anak menghabiskan sebagian besar waktunya adalah khusus justru ada di sekolah. Pada umumnya orangtua dan lingkungan menempatkan anak berkebutuhan khusus untuk bersekolah di tempat khusus yang mengelompokkan mereka sesuai sekolah Sehingga anak dengan berkebutuhan khusus ini disekolahkan di sekolah luar biasa (SLB), hal ini justru menambah permasalahan pada anak tersebut karena anak-anak tersebut menjadi terisolasi dari lingkungan sosialnya. Pada dasarnya problem yang terjadi pada anak ini biasanya adalah sosialisasi, sehingga anak-anak tersebut memerlukan penanganan yang khusus agar anak tersebut dapat menjalani kehidupan sehari-hari selayaknya anak normal lainnya.
Setelah selesai penyampain materi kedua oleh dr. Adre Mayza, Sps (Kes) maka pada pukul 14:45 dilanjutkan dengan materi yang ketiga yaitu :

3. Individual Educational Program (IEP) dan Pengembangan Potensi Anak Berkebutuhan Khusus.
Adib Setiawan S. Psi. M.Psi Psikolog
      Dalam penyampaian materi bapak Adib Setiawan S. Psi. M.Psi Psikolog mengungkapkan bahwa anak berkebutuhan khusus biasanya memiliki masalah pada berbagai bidang, misalkan ranah kognitif, interaksi sosial, komunikasi, akademis. Terapi yang biasa dilakukan oleh para terapis adalah 40 jam dalam satu minggu. Terapi ini tentunya akan lebih terlihat keberhasilannya bila mendapatkan dukungan serta tetap dipraktekkan di rumah dan di lingkungan anak melakukan aktivitasnya sehari - hari.
      Terapi yang biasanya diberikan adalah terapi fisik dan motorik. Dalam proses terapi terlebih dahulu akan diajarkan berbagai keterampilan yang sederhana misalkan memegang sendok. Arah terapi jenis ini dimulai dari keterampilan yang mudah dan secara perlahan berlanjut dengan keterampilan yang lebih rumit. Sehingga anak dididik untuk dapat hidup mandiri. Selain itu terapi dalam rangka mengembangkan komunikasi nonverbal adalah hal yang pertama diajarkan bila anak belum dapat berkomunikasi secara verbal. Setelah anak yang belum verbal diajarkan komunikasi nonverbal apabila secara perlahan menunjukkan kemajuan maka secara perlahan akan diajarkan komunikasi verbal.         
      Yang perlu diperhatikan adalah memberikan stimulus secara terus-menerus dan memberikan penghargaan bila anak mau mencoba dan membetulkan agar anak mau memperbaiki bila masih terdapat kesalahan.
      Selain itu bapa Adib Setiawan S. Psi. M.Psi Psikolog melakukan interaksi dengan orang tua yang anaknya sedang melakukan terapi di ACI serta menjelaksan kondisi awal, jenis permasalahan dan perkembangan dari beberapa anak tersebut.
      Acara National Series Training & Workshop angkatan 1 pada hari pertama ditutup pada pukul 16:30 oleh Pembawa Acara.


HARI KE DUA
Hari kedua acara National Series Training & Workshop angkatan 1 dibuka oleh pembawa acara pada pukul 10:00 dan langsung penyampaian materi yang pertama :

4. Membantu orang tua menetapkan penangan terbaik bagi anaknya yang Autis yang disampaikan
Dra. Dyah Puspita M.Si. Psi
      Dyah mengungkapkan bahwa autistik bukan penyakit tetapi merupakan gangguan perkembangan pada anak. Istilah “autistic spectrum” digunakan untuk menunjukan bahwa gejala yang yang paling rumit sampai paling sederhana diibaratkan rentangan spectrum warna yaitu dari warna hitam sampai dengan putih . Semakin dini penanganan anak maka akan semakin baik sehingga anak dapat secepat mungkin ditarik kearah spectrum jalur putih. Cara yang paling efektif untuk menangkap keganjalan pada anaknya yaitu dengan melakukan obseservasi secara menyeluruh dan membandingkan dengan anak seusianya.
      Dalam penanganan terapi setiap anak disesuaikan dengan gangguan dan kebutuhannya. Beberapa hal penting dalam upaya penanganan optimal bagi anak yaitu pemahaman atas ciri anak baik positif maupun negative yang terlihat dari (interaksi, komunikasi, prilaku dsb), pemilihan penanganan yang dibutuhkan anak dan menetapkan skala prioritas, pemantauan pelaksanaan penanganan dan pemberlakuan modifikasi pada lingkungan kehidupan anak (pola asuh, asupan makanan, peraturan fisik dsb).
      Sehingga tujuan program penanganan anak harus memenuhi persyaratan yaitu aplikatif, fungsional, adpatif, dan realistis. Program penanganan tidak permanen harus dievaluasi secara periodic karena anak berubah dan berkembang.
      Setelah penyampaian materi dari Dra. Dyah Puspita M.Si. Psi selesai, dilanjutkan dengan melakukan pembagian kelompok. Peserta dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan diskusi kasus dan kelompok mahasiswa menjadi observer pada saat diskusi berlangsung.
      Pada pukul 13:00 peserta istirahat dan dilanjutkan dengan performance dari anak ABK sekolah Cakra Buana. Materi yang kedua dimulai pada pukul 14:00 dengan materi : 

5. Jenis – jenis ABK dan Bagaimana Intervensi Psikoedukasi yang Disampaikan
Dr. Frieda Mangunsong, M. Ed
      Ibu Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed menerangkan bahwa yang dimaksud anak luar biasa atau berkebutuhan khusus adalah anak yang menyimpang dari rata-rata anak normal dalam hal: ciri-ciri mental, kemampuan-kemampuan sensorik, fisik dan neuromuskular, perilaku sosial dan emosional, kemampuan berkomunikasi, maupun kombinasi dua atau lebih dari hal-hal diatas; sejauh ia memerlukan modifikasi dari tugas-tugas sekolah, metode belajar atau pelayanan terkait lainnya, yang ditujukan untuk mengembangkan potensi atau kapasitasnya secara maksimal.
      Orangtua perlu memperhatikan perkembangan anak dan bila terdapat penyimpangan perkembangan pada anaknya bila dibandingkan dengan anak lain, maka sedini mungkin mendapatkan assesment dan diagnosa serta penanganan yang lebih cepat. Diagnosa dan assesment yang dilakukan secara dini, akan mempermudah anak untuk ditangani sehingga anak dapat menjalani kehidupan sehari seperti anak normal pada umumnya. Selain itu para orangtua yang memiliki anak dengan berkebutuhan yang perlu mengembangkan sikap selalu melihat kekurangan anaknya sebagai suatu malapetaka yang besar, orang tua hendaknya bersikap melihat kelebihan dari anaknya dan mencoba membantu anak untuk mengembangkan potensinya tersebut. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memberikan pengajaran secara berulang-ulang dan tidak putus asa.
Setelah penyampaian materi dari Ibu Dr. Frieda Mangunsong, M.Ed selesai, dilanjutkan dengan performance dari anak ABK sekolah Cakra Buana. Materi yang ketiga dimulai pada pukul 15:40 dengan materi yang ketiga :

6. Terapi Sensori Integrasi & Okupasi Terapi
Tri Gunadi, A.Md.OT.,S.Psi.S.Ked
      Tri Gunadi, A.Md.OT.,S.Psi.S.Ked menjelaskan bahwa penanganan anak berkebutuhan khusus yang diperlukan adalah sebuah tim salah satunya tim terapi. Terapi okupasi dengan pendekatan sensori integrasi sangat diperlukan di fase awal terapi. Anak yang membutuhkan terapi sensori integrasi adalah anak yang masih mempunyai masalah pada tahapan respon sensor motor yang terdiri dari tujuh : yaitu sensori vestibular (keseimbangan), sensori tactile (raba), sensori proprioseptif (rasa sendi), sensori visual (penglihatan), sensori auditori (pendengaran), sensori olfactory & gustatori (penciuman&pengecapan).
      Sensori integrasi merupakan kebutuhan dasar anak, dimana senosri intergari merupakan proses neurological yang mengatur sensasi – sensai untuk digunakan dalam kehidupan sehari – hari agar bisa survive, belajar dan berfungsi. Gangguan sensory integration terdiri dari tiga yaitu sensory modulation disorder (SMD), sensory discrimination disorder (SDD) dan sensory based mototr disorder (S-BMD).
Gangguan sensory defensiveness pada anak berkebutuhan khusus terdiri dari dua yaitu kondisi sensori yang kurang cenderung seeker yaitu mencari stimulus sensori dan yang kedua kondisi sensori yang berlebih cenderung avoider atau menghindari terhadap stimulus sensori.
      SAFE kepanjangan dari Sensory Motor, Appropriate, Fun, Easy dan merupakan prinsip terapi untuk penanganan anak berkebutuhan khusus. Kegiatan SAFE harus disesuaikan dengan perkembangan anak, level perkembangan anak, dan apabila dimungkinkan kegiatan SAFE dilakukan diluar rumah, dimulai dari minat anak. Kegiatan SAFE sebagai pelengkap “sensory diet” dari terapis OT/PT.
      Setelah penyampaian materi selesai, Tri Gunadi, A.Md.OT.,S.Psi.S.Ked yang juga anggota Pembina Yayasan Cinta Harapan Indonesia (YCHI) sekaligus menutup acara National Series Training & Workshop angkatan 1 secara resmi pada pukul 16.45.
      Demikian notulensi Acara National Series Training & Workshop angkatan 1 sebagai ringkasan pelaksanaan acara, semoga bermanfaat untuk semua pihak.

Notulis : Mia Anita Lestari S. Psi
Retno Artanti S.Psi

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger