| |
| Sekolah inklusi adalah model terapi dengan melibatkan anak berkebutuhan khusus (ABK) ke dalam kelas-kelas umum [anak non ABK] dengan model pendampingan satu terapis satu anak (one on one) di sepanjang jam belajar atau jam-jam khusus anak belajar di ruang tertentu (resource room). Program ini ditujukan agar anak sepenuhnya bisa belajar mengikuti kegiatan akademis “academic main-stream” atau anak dapat mengikuti kegiatan sosialisasi bersama teman “social mainstream”. Sekolah inklusi juga dapat membentuk penanganan anak melalui pendekatan berikut disesuaikan dengan karakteristik sekolah: Designated Autistic Classes Salah satu bentuk transisi dari penanganan individual ke bentuk kelas klasikal, dimana sekelompok anak yang semuanya autis, belajar bersama-sama mengikuti jenis instruksi yang khas. Anak-anak ini berada dalam kelompok kecil (1-3 anak), dan biasanya merupakan anak-anak yang masih kecil yang belum mampu imitasi dengan baik. Ability Grouped Classes Anak-anak yang sudah dapat melakukan imitasi, sudah tidak terlalu memerlukan penanganan one-on-one , sudah ada respons terhadap pujian, dan ada minat terhadap alat permainan; memerlukan jenis lingkungan yang menyediakan teman sebaya yang secara sosial lebih baik meski juga memiliki masalah perkembangan bahasa. Social Skills Development and Mixed Disability Classes Kelas ini terdiri atas anak dengan kebutuhan khusus, tetapi tidak melulu autistik. Biasanya, anak autis berespons dengan baik bila dikelompokkan dengan anak-anak Down Syndrome yang cenderung memiliki ciri ‘hyper-social’ (ketertarikan berlebihan untuk membina hubungan sosial dengan orang lain). Ciri ini membuat mereka cenderung bertahan, memerintah, dan berlari-lari di sekitar anak autis sekedar untuk mendapatkan respons. Hal ini baik sekali bagi si anak autis. |
0 komentar:
Posting Komentar