Oleh : Adib Setiawan, S.Psi
Klinik Harapan YCHI mengembangkan pola penanganan anak dengan pendekatan pelatihan konseling kelompok untuk orang tua. Pelatihan tersebut diselenggarakan pada tanggal 15 sampai 29 November 2009. Pelatihan diikuti oleh 4 orang tua dan dilaksanakan di Klinik Harapan YCHI selama 6 sesi, di rumah subyek 2 sesi, dan di klinik YASMIN 2 sesi. Pelatihan tersebut bertujuan meningkatkan tingkat penerimaan orang tua dan juga menurunkan tingkat stres orang tua dalam pengasuhan anak dengan gangguan perkembangan. Pelatihan dirancang dengan pendekatan terstruktur dan dapat terukur sesuai kaidah ilmiah. Alat ukur tentang penerimaan dan stres orang tua dalam pengasuhan dengan menggunakan kuessioner dikembangkan terlebih dahulu dengan membagikan 150 kuessioner terhadap sejumlah orang tua dari 3 sekolah dan 7 klinik tumbuh kembang di wilayah kota Depok. Terdapat 100 data yang kembali ke peneliti dan 79 subyek memiliki data yang lengkap. Dari penyebaran kuessioner tersebut didapatkan norma alat ukur penerimaan dan stres orang tua dalam pengasuhan anak dengan gangguan perkembangan (orang tua yang memiliki anak dengan gangguan autisme dan retardasi mental).
Pelatihan orang tua dengan pendekatan konseling kelompok merupakan upaya klinik Harapan YCHI dalam rangka membuat intervensi penanganan anak secara massal, murah dan memiliki out put yang berkualitas. Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi terhadap perkembangan pendidikan anak berkebutuhan khusus di Indonesia, khususnya pendidikan untuk anak autisme dan retardasi mental. Dari data yang dihimpun oleh klinik Harapan YCHI melalui berbagi sumber baik Rumah Sakit dan Puskesmas kami menemukan bahwa saat ini mereka, anak berkebutuhan khusus umumnya belum bersekolah dan belum mendapatkan pelayanan pendidikan. Sebagian dari mereka pernah dibawa ke rumah sakit dan umumnya kesulitan membayar biaya pendidikan berupa terapi baik yang diselenggarakan oleh rumah sakit ataupun instansi lain.
Klinik Harapan YCHI mencoba memberikan kontribusi pendekatan pendidikan anak berkebutuhan khusus (ABK) melalui pendekatan psikoedukasi yaitu menciptakan model pendidikan non formal dan formal dalam bentuk sekolah inklusi terhadap anak yang belum mendapatkan pelayanan pendidikan. Pendekatan psikoedukasi mencoba memadukan pendekatan klinis dan pendidikan untuk diterapkan di sekolah. Menurut hemat kami saat ini tampaknya kurang efektif jika anak ditangani hanya melalui pendekatan klinis, sudah selayaknya mereka juga bersekolah. Namun ketidaktahuan para guru tentang pendekatan psikoedukasi dalam melatih anak berkebutuhan khusus dapat dimaklumi. Dalam rangka menyuarakan model pendidikan ini tentunya dibutuhkan peran lembaga dalam rangka memberikan pelatihan-pelatihan baik terhadap orang tua, guru, terapis, kepala sekolah dalam rangka menciptakan pendidikan yang dapat dirasakan masyarakat luas.
Menurut Undang-Undang Dasar bahwa pendidikan semua anak termasuk ABK dijamin oleh Negara dan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan untuk memberikan pendidikan untuk semua anak. Klinik Harapan YCHI mencoba mengawali mewujudkan pendidikan untuk semua anak dengan membangun peran masyarakat dalam memberikan kontribusi terhadap pendidikan anak berkebutuhan khusus.
Melalui sumbangan para donatur yang masih terbatas kami mencoba memberikan kontribusi yang positif terhadap pengembangan pendidikan untuk ABK. Melalui penelitian yang kami kembangkan dan juga system pola penanganan anak yang kami tawarkan, Klinik Harapan YCHI mencoba menawarkan pola yang sistematis, murah, out put yang berkualitas dalam pendidikan anak terutama anak berkebutuhan khusus yang kebanyakan belum bersekolah. Saat ini kami telah menangani 9 anak dengan pendekatan psikoedukasi. Salah satu sistem yang kami kembangkan adalah menyelenggarakan pelatihan orang tua, memberikan terapi ke anak, dan selanjutnya mengarahkan anak untuk dapat bersekolah di sekolah umum. Kami memberikan pelatihan terhadap para terapis, guru, kepala sekolah, dan masyarakat umum dalam rangka menciptakan program terpadu dan kesiapan semua pihak dalam rangka menciptakan pendidikan untuk semua anak.
Hasil penelitian kami adalah dengan melalui intervensi pelatihan konseling kelompok selama 10 sesi (1.000 menit) terhadap 4 orang tua dan 3 orang tua berhasil menyelesaikan seluruh sesi. Terbukti 2 subyek mengalami peningkatan dalam penerimaan orang tua dan mengalami penurunan tingkat stres orang tua dalam pengasuhan. Subyek 1 dan 2 mengalami peningkatan sebesar 1 sampai 2 kategori. Subyek 1 sebelum intervensi memiliki tingkat penerimaan dalam kategori ”menolak” dan setelah intervensi dalam kategori ”penyesuaian sedang”. Subyek 2 tingkat penerimaan sebelum intervensi dalam kategori ”menolak” dan setelah intervensi dalam kategori ”penyesuaian rendah”.
Begitu juga dalam hal tingkat stres orang tua dalam pengasuhan, subyek 1 dan 2 sebelum intervensi berada dalam kategori stres ”sangat tinggi” dan setelah intervensi mengalami penurunan yaitu subyek 1 berada dalam kategori stres ”tinggi” sementara itu subyek 2 berada dalam kategori stres ”sedang”. Namun subyek 3 tidak menunjukkan perbedaan dalam tingkat penerimaan dan stres orang tua dalam pengasuhan baik sebelum dan sesudah intervensi yaitu penerimaan subyek 3 berada dalam kategori ”penyesuaian rendah” dan stres dalam pengasuhan berada dalam kategori ”tinggi”.


0 komentar:
Posting Komentar