Kepada segenap pembaca Blog ACI, kami informasikan bahwa acara "Ramadhan Special dari & untuk Anak Special" yg rencananya akan diselenggarakan pada 31/08 karena satu & lain hal, acara ditunda pelaksanaannya sampai batas waktu yang tidak ditetukan. Demikian harap maklum adanya

Kamis, 12 Agustus 2010

Indonesia masih Kekurangan Tenaga Terapis ABK




Ketua Pembina YCHI, Zulfikar Alimudin. (Foto: RP/satuNews)


Sabtu, 07 Agustus 2010 | 19:34
JAKARTA- Jumlah tenaga terapis tidak sebanding dengan besarnya jumlah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang ada saat ini. Menyikapi kondisi tersebut Autism Care Indonesia (ACI) bekerjasama dengan Kementerian Pendidikan Nasional menyelenggarakan Pelatihan National Series Training & Work shop for Special Teacher dengan tema “The Best Technique To the Best Treatment” selama 2 (dua) hari di Jakarta.

“Kita melakukan program secara bertahap, pada tahap awal kita melakukan treatment. Setelah ada kekuatan lebih kita lakukan asesmen yang lebih holistic. Saat ini kita sedang kembangkan familiy care program supaya kita bisa membantu keluarga dari aspek-aspek yang lain, terutama aspek kesehatan,”kata Ketua Pembina YCHI, Zulfikar Alimudin di Jakarta, Sabtu (7/8).

Family Care Program kata dia, dikembangkan untuk memfasilitasi para orang tua agar terdorong mencari pelayanan gratis yang diberikan oleh pemerintah. Bantuan yang diberikan haruslah komplit. Kedepan nya akan dibangun kesadaran yang tinggi kepada masyarakat. YCHI kini telah menyasar para mahasiswa untuk menjadi tenaga terapis.

Menurut Dirjen, Mandik Dasmen Kementerian Pendidikan Nasional, Suyanto Pemerintah saat ini masih berkutat soal per PNS -an guru-guru honorer. Kuncinya kata dia, pemerintah memerlukan biaya yang luar biasa. Pemerintah harus mengalokasikan dana sebesar Rp 60 triliun untuk membayar gaji guru yang sudah professional yang kesemuanya berjumlah 2,6 juta.

Untuk mengatasi permasalahan anak-anak autis peran masyarakat menjadi sangat besar. Pasalnya anak-anak autis tidak bisa serta merta bisa dilayani dengan kurikulum seperti di sekolah-sekolah normal. Untuk itu sebenarnya dapat dikreat dari masyarakat. Pemerintah kata nya telah menyiapkan sejumlah fasilitas penunjang, seperti buku-buku braile, alat-alat peraga atau laboratorium. “Dana pendidikan sudah banyak tetapi kurang nya juga banyak,”pungkas nya.

Pemerintah kata dia, telah melibatkan para siswa-siswa ABK pada kegiatan semisal Olimpiade Sains Nasional dan Festival Lomba Seni Siswa Nasional. Bahkan saat ini telah berdiri sejumlah sentra-sentra ketrampilan di sekolah-sekolah tertentu agar nantinya mereka dapat mandiri.
Sementara itu ACI merilis jumlah anak penyandang cacat di Indonesia berkisar lebih dari 500 ribu anak dan sebagaian dari mereka berasal dari golongan keluarga yang tidak mampu.

Peserta
Pelatihan tenaga terapis angakatan 1 (pertama) ini diikuti sebanyak 300 orang peserta yang terdiri dari orang tua ABK, terapis, guru pembimbing khusus, para praktisi pendidikan inklusi, mahasiswa dan pemerhati pendidikan dini. Diharapkan nanti nya mereka mendapatkan pengetahuan, dan keterampilan. (RP)
Keterangan Foto:

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger